Friday, March 25, 2011

Apa Itu Reksadana ?

Investasi bukan melulu menghitung untung, tapi juga bersiap-siap dihadang kerugian. Jika berani ambil risiko, pilih saja reksadana. Tenang saja, keuntungan yang ditangguk juga tidak main-main!

Tak bisa dipungkiri jika lebih banyak orang akan memilih jalan paling aman, sekalipun dibutuhkan waktu lama untuk sampai di tujuan, ketimbang jalan pintas yang sebenarnya bisa membuat perjalanan lebih singkat.

Alasannya hanya satu, takut tersasar di tengah jalan alias tak berani mengambil risiko. Padahal siapa tahu, jalan pintas yang membuat lebih cepat sampai ke tempat tujuan, memberikan kesempatan menguntungkan.

Sama halnya dengan berinvestasi, rasanya nama "reksadana" lebih asing daripada tabungan atau deposito. Bisa jadi karena masih buta dengan seluk beluk reksadana dan ketakutan risiko kerugian yang membayanginya.

Padahal, pada praktiknya reksadana memberikan keuntungan lebih banyak ketimbang dua pilihan tadi. Tentu saja ada triknya agar investasi di reksadana tidak sia-sia begitu saja, ikuti saja penjelasan dari perencana keuangan, Ir. Taufik Gumulya, CFP dari ISI CIT.

Mengenal Reksadana
Reksadana dapat diartikan sebagai wadah penghimpunan dana dari masyarakat selaku investor oleh manajer investasi yang kemudian ditanamkan dalam portfolio investasi. Jadi, terdapat tiga bagian utama dalam reksadana, yaitu kumpulan dana, portfolio investasi, dan manajer investasi.

Jika masih bingung, analogi dari Taufik dapat membantu, "Reksadana ibarat suatu kendaraan yang Anda tumpangi, tak perlu takut terjadi kecelakaan, karena sopirnya sudah mempunyai SIM khusus yang dapat membawa Anda sampai ke tempat tujuan yang diinginkan."

Sopir yang dimaksud Taufik adalah manajer investasi. Dialah yang berperan sebagai pengelola profesional dari dana investor. Nantinya, manajer investasi akan memilah-milah portfolio mana yang sesuai dengan keingingan investor sekaligus menguntungkan investor.

Tugasnya adalah untuk menghitung berapa besar investasi nasabahnya dan ditempatkan di reksadana mana saja. Dia akan memberikan alternatif saran bagi investor, namun keputusan tetap berada di tangan investor.

Dengan memiliki manajer investasi, investor juga tak perlu repot-repot memantau perkembangan investasinya. Sudah ada manajer investasi yang mengambil alih tugas tadi sekaligus memberikan laporan berkala. Hemat waktu, bukan?

Namun jangan lupa, untuk memantau kinerjanya sebelum memilih manajer investasi yaitu dengan melihat sejarah keuntungan (history return) yang dia raup melalui reksadana. "Misalnya untuk reksadana saham, patokannya adalah saham, jika dia bisa mencapai return yang sama, itu sudah cukup baik. Jika di bawah standar, berarti dia tidak menampilkan kinerja yang terbaik," jelas Taufik.

Modal Awal Reksadana
Lain lagi jika investor ingin membuka reksadana lewat jalur perbankan yang kini mulai menjamur. Pintu masuk reksadana tidak langsung melalui manajer investasi tapi melalui account officer di bank tadi. Ada kemungkinan, proseduralnya tidak dilakukan sebaik mungkin, seperti tidak memberi saran.

Padahal, saran sangatlah penting. Taufik lalau menyarankan, agar investor juga mempunyai perencana keuangan sebagai penunjuk jalan. Untungnya, saat ini beberapa bank yang menyadari pentingnya perencana keuangan. Pertama, agar saran yang diberikan lebih mengena dan kedua, menguntungkan kedua belah pihak. "Seperti memasarkan produk wealth management bank tadi," ujar Taufik.

Portfolio sendiri adalah aset alokasi seperti saham, obligasi, pasar uang, ataupun sekuriti lainnya. Mekanismenya seperti ini, manajer investasi yang menjual produk reksadana saham mempunyai nasabah-nasabah yang menyalurkan dana kepadanya, "Misalnya terkumpul Rp. 1 trilyun, sebagian besar aset itu akan dialokasikan di saham-saham Bursa Efek Jakarta, sebagian kecil saya tempatkan di obligasi atau deposito. Itulah portfolio," jelas Taufik.

Lantas berapa banyak dana yang harus disalurkan agar bisa memulai berinvestasi di reksadana? "Tidak besar. Reksadana bisa dimulai dari Rp. 100 ribu per bulan pun sudah bisa," cetus alumni Universitas Trisakti ini. Memang terdapat beberapa perbankan yang mensyaratkan nasabah untuk memiliki dana besar sebelum melakukan investasi, misalnya Rp 50 juta.

Taufik juga menegaskan, tidak perlu gentar. Mintalah bantuan kepada perencana keuangan untuk menginvestasikan dana, karena ada perbankan yang tidak menetapkan dana awal sebanyak itu. Bahkan, ada bank yang memperbolehkan nasabah memulai reksadana dengan dana Rp 500 ribu, tapi untuk selanjutnya Rp 100 ribu per bulan. Terjangkau, kan?

Ok......!

No comments:

Post a Comment

Urutan Warna Kabel LAN yang Benar Jenis Straight & Cross   Urutan Warna Kabel LAN Kabel LAN memiliki 8 warna kabel yang berbeda....